2012-05-22

Posting Terakhir

Teman-teman, post ini kemungkinan besar akan menjadi posting terakhir saya untuk saat ini. Seperti yang pernah saya janjikan bahwa saya akan berusaha memposting catatan yang telah kalian kirim ke email saya. Tapi mungkin karena masalah waktu dan masih banyak tulisan dari kalian yang belum saya mengerti maksud dan tujuannya, maka saya hanya menampilkan beberapa posting saja yang saya anggap perlu di posting. Tapi maaf ini bukan masalah pilih kasih atau diskriminasi. Ouh tidak, saya malah tidak berfikir sampai segitu kejamnya. Karena permasalahanya saya memposting catatan kalian langsung tanpa mengurangi isi atau ejaannya, maka saya berharap kalian benar-benar mengerti akan pentingnya ejaan dan benar-benar ~feel~ akan tujuan tulisan kalian, jika ingin catatan kalian di posting disini. (oke yang terakhir ini terlihat berlebihan.hehe)

Oke kembali lagi kepada "posting terakhir", post yang kemungkinan besar akan menjadi posting terakhir saya untuk saat ini. Karena saya sekarang tengah mengerjakan sesuatu yang tidak memungkinkan terhubung internet terus-menerus. So, ini adalah posting terakhir saat ini, karena mulai besok saya sudah mulai terputus dari peradaban, dan artinya juga sudah sulit terhubung dengan dunia blog.

Lalu kapan saya akan kembali? Saya belum bisa memastikan atau menjanjikan. Mungkin saya akan mulai menulis lagi di blog ini jika semua urusan sudah selesai. Atau, jika sewaktu-waktu saya stres berat dan butuh menggalau, mungkin saya akan menulis kegalauan itu di sini—tetapi tidak janji. Doakan saja semoga saya bisa segera kembali ke blog ini.

Jadi, sekali lagi, post ini adalah salam terakhir dari saya untuk kalian. Buat teman-teman yang selama ini rutin mengunjungi blog ini, semoga kalian tidak kehilangan ya, hehe. Juga buat teman-teman sesama blogger, mulai besok saya tidak bisa lagi berkunjung dan keluyuran ke blog kalian untuk menyapa atau sekadar haha-hihi—oh, saya pasti akan merindukan kalian. :)

Well, karena ini adalah post terakhir, saya sengaja mencari topik paling spesial untuk saya persembahkan buat kalian. Dan kebetulan saya (merasa) memiliki topik spesial itu untuk saya tulis sekarang. Ini adalah kumpulan dari kiriman kalian ke-email saya yang membahas tentang Final Liga Champion Eropa yang baru di laksanakan pada minggu (20 Mei 2012) dinihari waktu Indonesia. Saya juga kurang tahu, kenapa kalian bisa tahu bahwa kegemaran saya adalah sepak bola. Dan dengan pedenya kalian mengirim email-email itu ke saya seakan saya juga menyaksikan Final tersebut. Ouh well, saya memang juga menikmati Final tersebut:). Dan mulai hari minggu, puluhan email dari kalian masuk ke inbox email saya yang kebanyakan isinya membahas tentang Final tersebut. Tapi akan saya tampilkan beberapa saja, karena sekali lagi masalah keterbatasan waktu dan isinya beberapa di antaranya berupa makian atau ketidak puasan atas final tersebut. Yang akhirnya akan menjadi perdebatan sengit dan saya tidak menginginkan hal itu. Oke untuk mengingatnya, final itu mempertemukan antara Bayern Muenchen ( Jerman) dengan Chelsea ( Inggris) di stadion Fussball Arena kandang dari tuan rumah Bayern Muenchen. Dan dimenangkan oleh Chelsea. Selamat Buat Chelsea:)).


*** 

SEPUTAR FINAL

Berikut ini nama-nama email yang mengirim ke email saya. (Ada dari @yahoo, @google, @linkedln, @facebook, @twitter , etc)

dimasadi937@_Kombinasi sentuhan emas Didier Drogba, kematangan Petr Cech, Kecerdikan Roberto Di Matteo, dan "tangan besi" Roman Abramovic menjadikan Chelsea Kampiun di Liga Champion 2011/12.

melaniangelina@_Bayern Muenchen tampil bagus, tetapi Chelsea lebih bagus lagi. Congrats The Blues.

loverenawati@_Chelsea sangat luar biasa. Mereka menunjukkan peningkatan pesat dalam beberapa bulan terakhir. Kunci keberhasilan The Blues menjuarai Liga Champion adalah kehadiran sosok Roberto Di Matteo.

haryobhimo@_Chelsea jelas layak juara walau Bayern Muenchen mendominasi permainan. Kubu The Blues tak pernah putus asa dan mengandalkan serangan balik.

winaritonga@_Perjuangan Chelsea untuk mendapatkan gelar Juara Liga Champion jelas bukan perkara mudah. Semangat juang serta efektivitas dalam bermain menjadi kunci.

yeni69@_Bayern Muenchen tetap favoritku walau kalah di Final melawan Chelsea. Salut buat Chelsea.

spiritgoal@_Awal titik kebangkitan Chelsea sekaligus kehancuran Bayern Muenchen adalah saat pelatih Jupp Heynckes menarik keluar Thomas Mueller.

herunugroz@_Di final Liga Champion, Chelsea memainkan bola dengan cara yang 'dewasa', kesabaran tinggi, dan disiplin sehingga menghasilkan performa yang diinginkan sang manajer.

panjiazzura@_Tidak ada keberuntungan dalam sepak bola. Semua hal diraih dari hasil kerja keras, walau dalam bentuk adu penalti.

putrirotinsulu@_Saya bukan penggemar Bayern Muenchen maupun Chelsea. Tapi jika ada yang mengatakan The Blues beruntung, mereka salah. Chelsea sempat tertinggal, lalu menyamakan kedudukan. Anak buah RDM gagal mengekskusi penalti pertama, tetapi akhirnya keluar sebagai pemenang di kandang Muenchen dengan tekanan publik tuan rumah yang begitu dahsyat. Adalah mental juara yang membuat Chelsea layak menjuarai Liga Champion 2011/12.

myusufsm@_Sekali lagi Chelsea memainkan sepak bola gaya Italia lewat pelatihnya RDM dan usaha mereka berhasil. Selamat atas The Blues atas kesuksesannya menjuarai Liga Champion 2011/12.

ditamahendra@_Dua kali melangkah ke final Liga Champion, dan dua kali melalui babak adu penalti. Tapi, penampilan kedua berakhir bahagia bagi Chelsea. Selamat.

teddy.fang@_Negative football is back. Barcelona pernah menguasai Eropa dengan tiki-taka-nya. Kini giliran Chelsea menjuarai Liga Champion 2011/12 dengan permainan sepak bola defensif.


















2012-05-17

Bingung Mau Nulis Apa (6)

Akhirnya sampai juga saya dimana yang namanya "penyakit blog" itu muncul. Yaitu bingung mau nulis apa!.
Okelah dari pada bingung, saya akan postingkan salah satu kiriman dari salah satu teman blog saya,_rena_.

*** 

Tidak ada yang gratis di dunia ini. Apakah kita mempercayai hal itu? Saya mempercayainya, karena bahkan untuk buang air kecil di terminal pun kita harus membayar. Karena memang tidak ada yang gratis di dunia ini.

Untuk memperoleh kecerdasan dan pengetahuan, kita harus belajar. Untuk mendapatkan uang, kita harus bekerja. Tidak ada kedamaian dan kebahagiaan tanpa kesulitan, tidak ada istirahat tanpa pengerahan tenaga, tidak ada kemenangan tanpa perjuangan, tidak ada kesuksesan tanpa upaya—semuanya itu tepat sama seperti halnya tidak ada kehidupan tanpa dilahirkan.

Ada kalanya kita membayar harga itu dengan penuh kemauan dan terasa mudah, tetapi kadang pula kekecewaan dan kekalahan terus-menerus datang dan itu mengikis pertahanan kita. Tetapi selalu yakinlah bahwa upaya yang terbesar akan mendatangkan hasil yang terbesar, perjuangan yang terberat akan mendatangkan kemenangan yang paling gemilang, persis kegelapan langit malam yang dibutuhkan untuk melahirkan bintang.

***

2012-05-16

Bingung Mau Nulis Apa (5)

Akhirnya sampai juga saya dimana yang namanya "penyakit blog" itu muncul. Yaitu bingung mau nulis apa!.
Okelah dari pada bingung, saya akan postingkan salah satu kiriman dari salah satu mantan saya yang juga sudah saya anggap menjadi keluarga saya sendiri:) _winda_.

*** 

Sekiranya kau pilih aku sebagai permaisuri hati,
Pimpinlah aku menuju redha_Nya, bukan membuka jalan untukku melangkah ke Neraka. Tutuplah matamu memandangku kerana rupa, harta dan kelebihanku,
pandanglah aku dengan kekuranganku, Nilai kembali niatmu, masihkah kau sanggup menghadapi segala kelemahanku.

Sekiranya kau pilih aku sebagai permaisuri hati,
Jangan rosakkan hatiku dengan merinduimu,
Hentikanlah madah-madah terindahmu untukku,
Sehingga saat halal itu berlaku,aku mohon agar kau sandarkan niatmu, kepada yg menentukan, aku pinta agar kau sentiasa dalam Istikharah, agar kita kan bisa menemukan insan yg tepat,
Bukan sekadar menjadi bahan ujian sementara.

Sekiranya kau pilih aku menjadi permaisuri hati,
Ketahuilah ,tidak ku pinta kemewahan dunia,
Tidak ku mahu kaya harta,tetapi aku minta,
Jadikan aku suri yang bisa mendapatkan Istana di akhirat sana,
Berikan aku jaminan,Untuk bersamamu lagi sesudah mati dalam redha_Nya.

Sekiranya kau pilih aku dan jika Allah mengizinkan aku memilihmu, Ketahuilah,aku akan memilihmu kerana_Nya.
Saat itu apabila aku tertanya-tanya,kenapa kau memilih aku,
Jawapannya ialah “Kau memilih aku kerana_NYA”

"Ya Allah,tutuplah mata ini dari memandang seseorang kerana dunia yang ada padanya. Biarkan mata hatiku berbicara tatkala insan yang Kau reda dan yang ku tunggu sudah tiba.

"Ya Allah, aku serahkan hatiku pada_Mu.. Jaga hatiku dan kembalikanlah padaku hanya bila Kau mengatakan bahawa dia lah yang terbaik untuk aku serahkan hatiku padanya..."

Ya Allah Yang Maha Berkuasa, Maha Melindungi dan Maha Memelihara...Peliharakanlah hatiku agar aku tidak salah dalam melabuhkan cintaku.. Dan bila aku menemui orang itu, tunjukkanlah aku jalan yang meyakinkanku bahawa dialah jodohku yang telah Engkau tetapkan untukku...bimbinglah aku agar rasa cintaku padanya tidak akan pernah berunsurkan nafsu semata dan agar cintaku sentiasa berada di landasan yang benar, mencintai untuk mendapatkan redha_Mu .

Ya Allah... Ya Rabbal Alamin, jika cinta ini memang bukanlah dari_Mu, dan bukanlah yg telah Engkau pilihkan untukku, maka jagalah hatiku dari tergoda, agar sisi putihnya hati dapat melihat isyarat itu dan terjaga diri ini dari sakit, kecewa dan cinta yg berlebih kerana hadirnya.

Jagalah hati ini agar hanya tertaut kepada cinta yg terpaut pada_Mu, berharap cinta ini tertawan, oleh yang hatinya telah tertanam untuk mencintai_Mu, kudambakan rindu yang hadir menyapa, hanya kepada insan yang merindukan sujud kepada_Mu.

Secuil fitrah cinta ini tak pernah mampu menerima cinta_Mu, meski sebesar zarrah. Maka biarkan cinta ini hanya berlabuh kepada cinta yang Engkau pilih dan halalkan untukku. Sesungguhnya hanya pada_Mu ku berserah..

Aamiin Ya Rabbal'Alamin ..

***

2012-05-14

Bingung Mau Nulis Apa (4)

Akhirnya sampai juga saya dimana yang namanya "penyakit blog" itu muncul. Yaitu bingung mau nulis apa!.
Okelah dari pada bingung, saya akan postingkan salah satu kiriman dari salah satu pembaca blog ini yang mengaku sangat gemar membaca setiap postingan blog ini _Baharudin_.
 
 ***
 
Ketika kita menghadapi sesuatu yang sulit, sesuatu yang melemahkan semangat, dan ketika kita begitu letih dan patah arang, apa yang bisa menyembuhkan kita dari keadaan seperti itu?

Salah satu obat penawar untuk memulihkan keadaan pada tekanan psikologis semacam itu adalah kata-kata pujian dan penghargaan. Dan memang, tidak ada yang membangun keyakinan dan dorongan seperti kata pujian. Tidak ada yang memulihkan penghargaan diri kita dan kembali mengisi semangat kita seperti sedikit kekaguman yang menghargai.


Lebih jauh, psikolog Jess Lair menyebutkan, “Pujian itu ibarat sinar mentari yang menghangati semangat manusia. Kita tidak bisa berkembang dan tumbuh tanpa pujian.”


Bahkan Mark Twain dengan sedikit sentimentil mengatakan, “Saya bisa hidup tiga bulan hanya dengan pujian semata.”


Dan kalau memang kita begitu mengharapkan pujian dan kata-kata penghargaan untuk menghangatkan hati dan menumbuhkan kembali semangat kita, mengapa kita justru sering kali tak mau memberikan itu untuk orang lain? 

***

2012-05-10

Bingung Mau Nulis Apa (3)

Akhirnya sampai juga saya dimana yang namanya "penyakit blog" itu muncul. Yaitu bingung mau nulis apa!.
Okelah dari pada bingung, saya akan postingkan salah satu kiriman dari salah satu pembaca blog ini yang paling gemar mengkritik isinya _andreas_.
 
***
 
Jangan menghakimi.
Yesus

Ketika kita menudingkan jari telunjuk ke muka orang lain,
tiga jari lainnya menunjuk ke muka kita sendiri.
Plato


Pukul sepuluh pagi itu saya mengetuk pintu rumahnya. Cukup lama saya berdiri di depan pintunya, mengetuk-ngetuk dan memanggilnya, sampai kemudian ia muncul membukakan pintu dengan muka mengantuk. Jelas sekali ia terbangun dari tidur karena mendengar ketukan di pintu rumahnya. Dan, dengan pongah, saya berkata, “Jam segini baru bangun tidur??? Dasar pemalas!”

“Masuklah,” sahutnya, tanpa menghiraukan ucapan saya.

Setelah saya duduk di ruang tamu rumahnya, dia berkata perlahan-lahan, “Jam berapa tadi malam kau tidur?”

“Jam sebelas,” saya menjawab jujur.

“Dan jam berapa kau bangun tidur tadi pagi?”

“Jam enam.”

“Jadi, kau tidur dari jam sebelas malam sampai jam enam pagi. Itu berarti kau sudah tidur selama tujuh jam.”

“Yeah.” Saya menatapnya dengan bingung.

Dia melanjutkan, “Nah, sekarang biarkan aku menjelaskan. Setiap malam aku tidak pernah tidur karena banyak pekerjaan dan insomnia. Tadi aku tidur jam delapan pagi. Dan aku terbangun dari tidur jam sepuluh, karena kau mengetuk pintu rumahku. Artinya, aku baru tidur dua jam—dan kau dengan pongah menuduhku pemalas karena melihatku bangun tidur jam sepuluh. Seharusnya, kalau boleh menyarankan, tanyalah dulu kapan aku tidur sebelum menghakimiku.”

Mendengar penjelasan itu, tiba-tiba saya merasa diri sayalah yang pemalas.
***

Bingung Mau Nulis Apa (2)

Akhirnya sampai juga saya dimana yang namanya "penyakit blog" itu muncul. Yaitu bingung mau nulis apa!.
Okelah dari pada bingung, saya akan postingkan salah satu kiriman dari salah satu pengirim email paling aktif --Robert--.
 
***
 
A nation that does not believe in their power as a nation,
can not stand as an independent nation.
Soekarno


Seratus enam puluh empat tahun yang lalu, pada 21 Februari 1848, Karl Marx menerbitkan The Communist Manifesto di London, dan menjadi titik pijak bagi Marx untuk memuntahkan pemikiran-pemikirannya yang “asoy geboy” tentang sistem kelas dan paham komunisme.

Buku itu tidak terlalu menciptakan pengaruh, pada awalnya. Namun, memasuki abad ke-20, pengaruh komunisme semakin meningkat. Pada 1950, hampir setengah populasi dunia hidup di bawah pemerintahan beraliran Marxis. Buku itu memicu berbagai revolusi di Eropa, di antaranya kudeta atas raja Prancis, Louis Philippe, hingga ia terpaksa turun tahta. Tetapi Karl Marx belum selesai “muntah”.

Pada tahun 1867, Marx kembali menerbitkan buku, kali ini berjudul Das Kapital—karya yang kelak menjadi salah satu tonggak pemikiran besar yang pernah lahir dalam peradaban manusia. Di buku itu, Karl Marx menuntaskan muntahan pikirannya, dan selanjutnya adalah sejarah. Ketika Marx meninggal dunia pada 1884, komunisme telah menjadi sebuah gerakan berpengaruh di Eropa.

Jika dibaca ilmuwan atau akademisi, Das Kapital memberikan pencerahan. Namun, jika dibaca politisi, Das Kapital adalah bencana kemanusiaan. Kenyataan itulah yang kemudian terjadi di Rusia.

Tiga puluh tiga tahun setelah Karl Marx meninggal dunia, pada 1917, Vladimir Lenin—seorang penganut Marxisme—berhasil memimpin revolusi komunis di Rusia.

Di bawah pimpinan Lenin, Soviet menerapkan sistem kolektivisasi yang kemudian berbuah wabah kelaparan. Karena adanya kolektivisasi, para petani tidak berhak memiliki hasil tanahnya sendiri, dan mereka hanya mendapatkan jatah dari pemerintah. Panen yang dihasilkan para petani cukup banyak, namun pemerintah memberlakukan pengukuran yang sangat ketat terhadap para petani, sehingga mereka terpaksa memberikan 70 persen dari semua yang dipanen.

Pemerintah mengambil hasil tanah dan makanan milik petani di Ukraina dan daerah lain untuk dijual atau diekspor. Seperti yang dinyatakan para sejarawan, mereka bukan tidak tahu konsekuensinya, namun mereka tidak peduli. Hasilnya kemudian adalah prahara kelaparan yang amat parah, yang melanda wilayah Ukaraina dan Wolga, sehingga menyebabkan kematian lebih dari lima juta orang. Puncak bencana kelaparan itu terjadi pada September 1921.

Ketika bencana kelaparan itu mulai terdengar ke luar negeri, kelompok-kelompok relawan pun mulai datang dari beberapa negara, namun semuanya sudah terlambat. Pemerintah Soviet mendirikan panti-panti untuk menampung orang-orang dan anak-anak yang kelaparan—tempat para sukarelawan menolong mereka—namun kematian demi kematian terus terjadi setiap hari, bahkan setiap jam.

Seperti semua wabah kelaparan, penyakit merupakan pembunuh kedua. Orang-orang yang kelaparan mudah terkena penyakit fatal yang dapat menular secara cepat, dan itulah yang juga terjadi di sana. Tifus dan kolera mengakibatkan ratusan ribu kematian, sementara obat-obatan yang tersedia sangat jauh dari memadai.

Yang lebih mengerikan, akibat wabah kelaparan tersebut, kanibalisme terjadi di mana-mana. Mayat-mayat dipotong para petani yang kelaparan, anak-anak dimakan orangtuanya, dan para relawan dari luar negeri kemudian tahu bahwa daging yang diperjualbelikan di pasar mengandung daging manusia. Sejak itu, para relawan dari berbagai negara yang ada di sana sama-sama sepakat untuk hanya memakan makanan yang didatangkan dari luar Soviet.

Bencana kelaparan pada 1921 itu adalah mimpi buruk komunisme yang diterapkan di Rusia, potret mengerikan ketika pemerintah menjadikan rakyat sebagai sapi perah demi kemakmuran segelintir pengusaha dan politisi. Yang lebih mengerikan lagi, Rusia tidak belajar dari pengalaman mengerikan itu, bahkan kembali mengulangi kebodohan yang sama.

Pada musim gugur 1923, wabah kelaparan yang mengerikan itu berakhir, dan wilayah Ukraina serta Wolga menikmati panen berlimpah. Namun kerusakan akibat wabah itu tidak segera lenyap, meski usaha-usaha pemulihan terus dilakukan. Lebih dari itu, seperti yang dinyatakan di atas, pemerintah Soviet tidak belajar dari wabah tersebut. Sepuluh tahun semenjak peristiwa itu, peristiwa yang sama kembali terulang.

Pada 3 Januari 1930, Joseph Vissarionovich Stalin naik ke kursi kepemimpinan Uni Soviet, menggantikan Lenin yang meninggal dunia. Sama seperti Lenin, Stalin juga memerintahkan agar pertanian di seluruh Soviet dikolektifkan. Dia mengulangi kebodohan yang telah dilakukan pendahulunya, dia kembali menggunakan sistem Lenin yang jelas-jelas merusak negaranya.

Seperti yang dilakukan Lenin sebelumnya, Soviet kembali menggunakan sistem komunisme. Sejak itu, tidak ada lagi milik pribadi atau penjualan bebas. Hanya berselang dua tahun setelah naiknya Stalin di Rusia, wabah kelaparan kembali melanda negara itu—bahkan jauh lebih parah.

Pada tahun 1932, Uni Soviet mengekspor 1,7 juta ton padi. Satu tahun kemudian, pada 1933, sebanyak 1,8 juta ton padi kembali diekspor ke luar negeri. Jumlah itu sangat berlimpah, namun para petani di Soviet justru kelaparan, karena jatah makan mereka dikuras untuk kepentingan ekspor, untuk keuntungan segelintir pengusaha dan politisi.

Karena sistem kolektivisasi, rakyat tidak mempunyai hak milik, selain jatah yang diatur negara, sementara sisanya diambil pemerintah untuk mengenyangkan perut dan nafsu segelintir orang.

Sejumlah petani yang kaya memang mencoba melawan kolektivisasi dengan cara membunuh ternaknya sendiri daripada dirampas pemerintah. Sebagian ada yang menyembunyikan makanan mereka di bawah tanah, atau sampai nekat melarikan diri keluar dari Soviet.

Namun pemerintah Soviet memberlakukan aturan yang ketat sekaligus kejam untuk mengatasi perlawanan semacam itu. Para petani yang kedapatan menyembunyikan makanan akan ditembak, begitu pula yang mencoba melarikan diri dari wilayah Soviet. Mayat-mayat mereka bergelimpangan di jalan-jalan dan sengaja tidak diurus, dengan tujuan untuk memberi “pelajaran” bagi yang ingin mengulanginya.

Akibat sistem tersebut, para petani pun sampai menjual pakaian atau apa saja yang dapat mereka jual demi untuk bisa membeli roti basi di pasar gelap. Sementara praktik kanibalisme juga terjadi di mana-mana, meski dilakukan secara diam-diam. Orang memotong-motong mayat tetangganya demi bisa memakan dagingnya, sementara orang tua menyimpan bangkai anaknya agar tidak dimakan orang lain.

Pemerintah Soviet mengetahui hal tersebut, namun mereka menyembunyikannya rapat-rapat dari dunia internasional. Jurnalis luar negeri adalah satu-satunya orang di luar pemerintah yang dapat memperoleh jalan masuk ke bahan makanan, sebanyak apa pun yang mereka inginkan, sebagai upaya pemerintah Soviet untuk menutupi keadaan asli negaranya.

Ketika wabah kelaparan semakin memburuk, Stalin memang menghentikan ekspor dan mengalihkannya untuk menolong rakyat yang kelaparan, tetapi telah jauh terlambat. Jumlah korban yang meninggal akibat kelaparan dalam wabah itu mencapai tujuh juta orang. Andrew Gregorovich dalam Black Famine in Ukraine 1932-33: A Struggle for Existence menyatakan wabah tersebut sebagai “Kriminalitas Stalin yang Terbesar.”

Seperti yang telah saya nyatakan di atas, Das Kapital yang ditulis Karl Marx akan memberikan pencerahan bagi para ilmuwan atau para akademisi, tetapi buku itu adalah bencana jika dibaca para politisi. Lenin maupun Stalin menggunakan ajaran Das Kapital sebagai cara untuk menjerat rakyat dan menjadikan mereka sebagai sapi perah pemerintah.

Pada waktu itu, Uni Soviet bukan negara miskin. Mereka menghasilkan padi dan tanaman lain dalam jumlah yang berlimpah, dan panen nyaris tak pernah gagal. Negeri itu juga memiliki kekayaan alam yang seharusnya dapat membuat rakyat di sana tersenyum dalam kemakmuran. Namun, karena negeri itu diperintah orang-orang bejat, kemakmuran itu justru melahirkan bencana mengerikan.

Bahkan ketika pemimpinnya telah berganti—dari Lenin ke Stalin—kebejatan yang sama diulang kembali. Rakyat kembali dijadikan sapi perah, kemakmuran negara dijarah dengan berbagai alasan dan manipulasi, sementara segelintir politisi keparat mengantungi hasilnya. Berbagai peraturan diterapkan dengan alasan demi pembangunan, tetapi yang terjadi di sana-sini adalah kelaparan yang dibalut pembodohan dan proses pemiskinan.

Uni Soviet bukan negara miskin, tetapi rakyatnya hidup dalam kemiskinan dan kelaparan. Uni Soviet menghasilkan banyak ekspor menguntungkan, tetapi hasilnya hanya dinikmati segelintir orang. Di bawah Lenin maupun Stalin, Soviet adalah negeri besar yang digerogoti para pemimpinnya sendiri. Kekayaan negeri itu berlimpah, tetapi dirampok oleh pemerintah, sementara sisanya dikenakan harga yang amat tinggi sehingga rakyat tak mampu membeli.

Dan… sambil menulis kepahitan itu, saya membayangkan negeri saya sendiri.
***

2012-05-09

Bingung Mau Nulis Apa (1)

Akhirnya sampai juga saya dimana yang namanya "penyakit blog" itu muncul. Yaitu bingung mau nulis apa!.
Okelah dari pada bingung, saya akan postingkan salah satu kiriman dari Melani yang dikirim melalui e-mail saya.

***

Cinta tak ada kaitannya dengan yang ingin kaudapatkan, tetapi berhubungan dengan yang ingin kauberikan, apa saja. Yang akan kauterima sebagai balasan bisa bermacam-macam, tetapi itu sama sekali tidak berhubungan dengan yang kauberikan. Kau memberi karena cinta, dan tidak bisa tidak memberi. Apabila kau sangat beruntung, mungkin kau akan balik dicintai. Itu indah sekali, tetapi tidak selalu harus begitu.
Cinta akan muncul ketika kita menyadari bahwa manfaat suatu hubungan bukanlah apa yang akan kita terima dari orang lain, melainkan sebaliknya. Kita memerlukan orang lain karena kita lemah, dan orang lain membutuhkan kita untuk melengkapi hidup mereka dengan memadukan kekuatan-kekuatan kita dengan kelemahan-kelemahan mereka.


Proses untuk menciptakan suatu hubungan timbal balik yang sehat dan saling menguntungkan ini menyingkapkan suatu kesadaran bahwa cinta paling baik bila diekspresikan ketika kita mengisi tempat yang kosong pada hidup orang lain, dan dengan cara itulah kita mengembangkan nilai dalam hidup kita sendiri.


Walaupun cinta mungkin tidak dibalas oleh orang yang menerimanya, hidup kita tidak akan tetap sama apabila kita memiliki komitmen untuk mengisi kekosongan pada orang lain. Seperti yang dikatakan oleh Dr. Karl Menninger, “Cinta selalu dapat menjadi obat, baik bagi yang memberi maupun bagi yang menerimanya.”

***

Untukmu

Sampeyan benar-benar bijaksana wong ayu
                                      ***
                              _Love You_

Keindahan Yang Sebenarnya

Adalah keindahan yang dilihat dari jauh.

Sebuah Foto Yang Kutemukan Saat Membersihkan Kamar


….kami duduk berdekatan di atas sofa saat aku bertanya kepadanya, “Apakah kau akan tetap cantik seperti ini setelah kita menikah nanti?”

Dia tersenyum. “Kenapa kau bertanya begitu?”

“Karena… bertahun-tahun mendatang, aku ingin kau tetap secantik sekarang.”

Kini senyumnya mulai menggodaku. “Kalau begitu, aku tidak perlu mencuci baju, agar tidak capek.”

Aku membalas senyumnya. “Tidak masalah—mesin cuci akan membereskannya.”

“Juga tidak perlu beres-beres rumah, menyapu, dan semacamnya.”

“Tidak masalah, kita bisa mencari pembantu.”

“Juga tidak perlu memasak, atau repot di dapur.”

“Tidak masalah—kita bisa memesan katering, atau membeli di warung makan.”

Sekarang dia tertawa. “Juga tidak perlu menemanimu tidur.”

Aku membalas tawanya. “Tidak masalah—aku biasa tidur sendiri.”

“Lalu kenapa kau ingin hidup bersamaku ?”

“Yeah, sederhana saja. Aku mencintaimu.”

Dan dia memelukku dengan cinta, seperti biasa kalau kami saling menggoda. Hari ini, saat kutulis dialog manis itu, aku merasa masih mendengar suaranya.
***

Hari ini, saat kutemukan sebuah foto berisi senyumanmu, aku merasa kembali mendengar suaramu….

2012-05-07

Percakapan Paling Gokil Sedunia (2)

Ini adalah lanjutan dari post yang pernah saya tulis. Bagi yang belum baca, klik saja di sini.
 ***
Kamu belum di katakan cowok kalau kamu belum pacaran sama bidan. Ucapan seorang mantan kepada saya sebelum pacaran dan putus dengan saya.

Waktu itu saya sampai guling-guling dengernya:)
***
“Emang kamu gak malu nikah sama saya kalau kamu saja cuma lulusan SMA, sementara saya lulusan sarjana.” Di ucapkan juga seorang mantan saya yang lain kepada saya.

Mikir status banget ya ini cewek.
***
“Kamu tahu tidak, apa yang lebih baik dari angka 69?”,tanya spongebob kepada patrick. “Yang lebih baik dari angka 69 adalah 70.,”, jawab patrick. Percakapan dua sahabat dalam seri spongebob squarepants.

Kelihatanya Jupe meniru jawaban dari patrick.
***
“Hargai dia donk, selagi dia masih dalam proses persidangan!, ucap seorang politisi yang sedang membela rekannya.”

Saya tahu sekarang kenapa Indonesia tidak pernah berhasil memberantas korupsi.
 ***
“Selamat siang Pak?”, tanya seorang polisi yang sedang melakukan razia jalanan kepada pengguna motor. “Selamat siang juga Pak”, jawab si pengguna motor. “Bisa ditunjukkan surat-suratnya Pak?, tanya Pak Polisi lagi. “Ini Pak kebetulan saya habis dari kantor kelurahan  untuk mengurus ganti rugi tanah saya, jadi surat-surat tanah ini yang bisa saya tunjukkan ke Bapak”, sahut si pengguna motor.

Saya sempat berpikir untuk mengurus SIM dan STNK ke kantor Kelurahan saja.

2012-05-06

Bikin Pusing Mikir Klitoris

 Disinilah bagian yang menggoda dan menggairahkan untuk seorang wanita.
Kalimat yang masih teringat saat saya baca buku kebidanan
 ***

Satu dekade yang lalu, wacana seksualitas dunia dihebohkan oleh sesuatu yang disebut G-Spot, yang konon merupakan puncak kenikmatan dan penemuan paling dahsyat menyangkut seksualitas manusia, dan titik balik yang mengubah cara kita bercinta. G-Spot adalah sebuah zona di dalam vagina yang memiliki tingkat kepekaan seks luar biasa, sehingga seorang wanita dapat “terbang” ke tujuh lapis langit jika zona tersebut mendapat sentuhan yang tepat.

Orang yang pertama kali menemukan keberadaan zona tersebut adalah dokter sekaligus pakar seksualitas bernama Dr. Grafenberg, sehingga zona atau titik itu pun disebut G-Spot, yang merupakan singkatan atas namanya—Grafenberg Spot. Wacana G-Spot melengkapi wacana multi-orgasme, yang sebelumnya menjadi “wacana paling panas” seputar “gelinjang di ranjang cinta”.

Atas ribut-ribut soal G-Spot itu pula, tiga pakar seks dunia, Alice Kahn, Beverly Whipple, dan John D. Perry, mengupas tuntas soal G-Spot tersebut dalam buku karya mereka, berjudul “The G-Spot and Other Recent Discoveries about Human Sexuality”. (Kalau kepalamu tidak ingin pusing campur pening, sebaiknya jangan baca buku ini. :D)

Tetapi ribut-ribut tentang G-Spot ataupun multi-orgasme, dalam pandangan saya, tidak lebih dari wacana ala mahasiswa idealis. Artinya, wacana itu hebat dalam konsep, tetapi tidak mudah diaplikasikan—bisa karena kurangnya pengetahuan, situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, ataupun karena hal lainnya. G-Spot ataupun multi-orgasme, mungkin hanya dapat dipraktikkan oleh orang-orang yang memang “punya banyak waktu” untuk urusan seks.

Giacomo Casanova adalah playboy paling terkenal sepanjang sejarah, karena bisa mengencani 2.415 wanita. Sementara pemain basket Amerika, Wilt Chamberlain, mengakui sendiri telah “tidur” dengan 20.000 wanita. Bintang bokep terkenal, Ron Jeremy, telah berhubungan seks dengan 4.000-an wanita. Sementara Hugh Hefner, bos sekaligus pendiri perusahaan Playboy, telah—menggunakan istilahnya sendiri—“bercinta” dengan ratusan wanita dari berbagai usia.

Contoh-contoh di atas dapat digolongkan sebagai “orang yang memiliki banyak waktu untuk urusan seks”, dan tidak menutup kemungkinan orang-orang semacam itu telah mampu mempraktikkan apa yang disebut multi-orgasme ataupun menemukan zona misterius dalam tubuh wanita yang disebut G-Spot. Tetapi mereka bukan kasus umum, dalam arti kebanyakan orang tidak memiliki waktu sebanyak mereka untuk urusan seks semata.

Dalam kultur umum, seks memiliki batasan-batasan tertentu, khususnya dalam batasan waktu dan tempat, pengetahuan dan pengalaman, bahkan batasan adab serta agama. Pada kasus tertentu, bahkan seks dibatasi dengan kemampuan melakukannya. Di dalam batasan-batasan itulah, wacana sekaligus pengetahuan seksualitas kebanyakan orang pun hanya “dari itu ke itu”. Mintalah seseorang untuk menyebutkan bagian apa saja yang menarik dalam seks, maka kita dapat meramalkan jawabannya.

Tetapi itu hal yang wajar, dan tidak masalah, karena hubungan seks (memang) tidak membutuhkan banyak intelektualitas atau pengetahuan—ia lebih membutuhkan banyak pengertian. Dan, tentu saja, kenikmatan serta kepuasan bersama. Tak peduli sehebat apa pun pengetahuan seseorang tentang G-Spot ataupun multi-orgasme, pengetahuan itu sia-sia jika hubungan seks hanya memberikan kenikmatan untuk satu pihak.

Selain untuk tujuan berketurunan, kita tahu bahwa hubungan seks juga dilakukan untuk rekreasi, membangun keintiman, dan merasakan kenikmatan. Itulah kenapa hubungan seks dikonotasikan sebagai “bercinta” atau making love. Dalam konteks itu, benda kecil-mungil-misterius yang disebut klitoris memiliki peran penting—dan karena hal itu pula yang sekarang membuat saya pusing.

Percakapan Paling Gokil Sedunia (1)

Angge-angge orong-orong, ra melu gawe melu momong. Melu momong opo melu mbolong wae yooo?!
—Plesetan lagu dari seorang tetangga.

***

Saya tuh punya penyakit yang cukup gokil—kalau sudah mendengar sesuatu, apalagi yang gokil, aneh, atau mengesankan, pasti akan terus teringat dan sulit melupakan. Mungkin kebanyakan orang gitu juga, ya? Kadang, tanpa sengaja saya mendengar percakapan orang, dan sejak itu terus teringat dan terngiang, karena percakapan itu—menurut saya—aneh, gokil, dan “mengesankan”.

Berikut ini adalah percakapan-percakapan yang sempat terekam dalam memori saya, yang saya transkrip sesuai aslinya. Beberapa ada yang telah saya dengar sekian tahun lalu, sementara yang lain baru saya dengar kemarin. Bagi saya, ini adalah percakapan-percakapan paling gokil sedunia.

....
....

“Ntar dulu, ini lagi nge-tweet,” ujar seorang cewek pada teman ceweknya, sambil terus asyik ngetik di ponsel.

“Buruan dong!” seru temannya tak sabar. “Kamu tuh nge-tweet kok kayak em-el, sehari tujuh puluh kali!”

Cewek itu memang pakar em-el, atau saya yang salah dengar?

***

Seorang cowok curhat pada cewek temannya, “Susahnya pacaran sama cewek tuh gini, suka ngambek nggak jelas, marah-marah nggak jelas…”

“Makanya,” sahut cewek temannya, “itu kenapa aku nggak pernah pacaran sama cewek!”

Saya jadi kepikiran untuk pacaran dengan sesama cowok.

***

“Huaaahhh…” seorang cowok menguap, kelihatan mengantuk.

Teman ceweknya menegur, “Kamu tuh pagi-pagi gini udah nguap-nguap.”

“Sori, udah empat malam ini nggak bisa tidur. Kayaknya aku kena impotensi.”

“Haaah…?”

Ternyata impotensi dan insomnia punya efek yang sama.

***

Seorang remaja bertanya pada seorang mahasiswa, “Mas, Mas, saya tuh ingin kuliah di kampus X, tapi saya nggak bisa bahasa Inggris. Kira-kira gimana, Mas?”

“Oh, nggak apa-apa, Dik,” sahut si mahasiswa. “Wong kamu nggak kuliah juga nggak apa-apa.”

Si mahasiswa mungkin terlalu lama belajar filsafat.

***

“Waduh, aku lupa ngerjain tugas paper kemarin.”

Temannya menyahut, “Ah, kamu tuh, mahasiswa tapi kok tidak mencerminkan registrasi.”

Sekarang saya tahu kenapa negeri ini tidak maju-maju.

***

Seorang cowok bertanya pada seorang cewek yang mungkin pacarnya, “Acara ultahnya jadi besok?”

“Iya, lega, udah siap semua,” jawab si cewek sambil senyum gimanaaaaa gitu.

“Ini ultah yang keberapa, sih?”

“Ke… iya ya, besok tuh ultahku yang keberapa, ya?”

Tiba-tiba saya merasa ingin ultah.

***

“Iya nih, udah seminggu ini di Jakarta,” kata seorang cewek pada orang yang menelepon di ponselnya. “Iya, masih bingung, mau pacaran sama cowok apa sama cewek.”

Jadi, sebenarnya, orientasinya ke mana, Mbak?

***

Seorang cewek ABG bertanya pada teman ceweknya, “Tapi papamu gimana, gaul nggak?”

“Papaku gaul, kok!” jawab temannya meyakinkan. “Pokoknya nggak usah khawatir. Kamu ntar juga pasti digauli. Eh…?”

Orangtua zaman sekarang memang beda dengan orangtua zaman dulu.

***

Seorang cowok mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi, “Bro, cepetan dong. Lama banget di dalam, lagi ngapain, sih?”

“Bentar,” jawab cowok lain dari dalam kamar mandi. “Ni lagi buang aer!”

“Ooh, buang aer. Kirain lagi baca puisi.”

Sejak saat itu saya ingin sekali membaca puisi di kamar mandi.

***

“Itu lho, temanmu yang rambutnya Mohawk itu, hmm… siapa namanya?” ujar seorang cewek sambil pasang ekspresi mengingat-ingat.

“Temanku yang rambutnya Mohawk?” sahut temannya yang juga cewek. “Siapa, sih?”

“Namanya tuh… mmmhhh… namanya tuh… uuuh, aku nih kalau pas mabuk mudah ingat nama orang, tapi kalau waras kok susah sekali!”

Bapak Haji Rhoma Irama seharusnya mendengar percakapan ini.

***

Seorang cowok ditegur cowok temannya, “Ngapain sih tadi telepon sambil marah-marah?”

“Bete!” jawab cowok yang ditanya. “Pacarku tuh kalau tanggal segini pasti mood-nya nggak beres.”

“Emang kalau tanggal segini, cewekmu ngapain?”

“Ya biasa, masturbasi!”

Dalam hati saya berdoa, semoga pacar saya kelak tidak suka masturbasi.

***

“Mantan cewekmu pasti banyak banget, ya!” tuduh seorang cewek pada cowok temannya.

“Ngaco!” sahut si cowok. “Seumur-umur, baru satu kali aku pacaran sama cewek.”

“Nggak percaya.”

“Sumpah! Dulu biasanya pacaran sama cowok!”

Menyenangkan sekali hidup di planet ini.

2012-05-05

Ya Mama, Ijinkanlah Aku Menikah Dengan Wanita Itu

“Akhirnyaa… senang mendengarmu sekarang telah menemukan pasangan yang cocok. Boleh tahu kenapa kau ingin menikahinya?”

“Karena dia sempurna!”

“Oh, jangan begitu. Kita tahu tidak ada manusia yang sempurna. Ketika jatuh cinta, sering kali kita dibutakan oleh rasa cinta, namun sebaiknya tidak berekspektasi terlalu tinggi. Dia pasti juga memiliki kekurangan tertentu, dan kau harus siap menerimanya.”

“Uh, iya sih, dia juga memiliki kekurangan…”

“Ya? Apa kekurangannya?”

“Cuma satu. Dia terlalu sempurna!”

Yang benar kamu sudah mau dan siap menikah?

Ouh tidak Mama, aku cuma iseng dan menghayal saja soal nikah. Sejujurnya aku belum siap!.

Ya sudah siapkanlah dirimu dari sekarang.

2012-05-04

Keyakinan Yang Salah

Posting ini adalah buah dari apa yang saya lihat dalam film ^TITANIC^ yang disutradarai oleh James Cameron. Nampaknya ini bukan hanya sekedar film fiksi. Tapi film ini adalah gambaran dari kisah nyata yang pernah dan benar-benar terjadi pada saat itu. Akan tetapi saya tidak akan membahas kisah cinta antara Jack Dawson dan Rose DeWitt Bukater seperti yang terjadi dan nampaknya lebih di~tonjol-tonjol~kan dalam film tersebut.

Pernahkah kau menyadari, atau setidaknya membayangkan bagaimana akibat dari sebuah keyakinan yang salah atau keliru? Dari begitu banyak kasus yang pernah terjadi, kita bisa menyaksikan banyak orang yang terbunuh hanya karena keyakinan yang salah. Contoh paling nyata dari hal ini adalah tenggelamnya kapal Titanic yang telah menewaskan 1513 orang hanya karena keyakinan yang salah ini.

Titanic mulai berlayar pada bulan April 1912. Kapal super besar ini dirancang sebagai kapal yang tak mungkin tenggelam; terbuat dari baja, serta memiliki dasar ganda dan 16 kompartemen anti bocor. Hampir semua orang yakin bahwa ini kapal paling aman yang pernah dibuat, dan keyakinan inilah yang dipegang teguh oleh perancangnya, ahli mesinnya, karyawannya, ABK kapal, pemilik, dan penumpang, termasuk pula sebagian besar masyarakat umum. Keyakinan bahwa Titanic tidak akan pernah tenggelam inilah yang membawa kapal ini ke akhir yang tragis.

Titanic berangkat dari Inggris bertujuan untuk memecahkan rekor berlayar, dengan tujuan ke New York City. Umumnya, kapal yang berlayar di lautan membawa jumlah sekoci untuk menampung semua yang ada di kapal. Tapi tidak untuk Titanic. Kapal ini hanya membawa sekoci yang hanya mampu memuat sepertiga dari seluruh penumpang. Dan lagi, tidak ada alat yang praktis untuk digunakan evakuasi. (Sekali lagi, mereka sudah terlalu yakin bahwa kapal ini tidak mungkin tenggelam; jadi untuk apa mempersiapkan alat-alat penyelamatan?).

Log kapal awalnya mencatat peringatan akan adanya gunung es dalam steamer lane dalam waktu tiga hari mendatang. Pesan ini tidak digubris. Peringatan kedua dikirimkan, namun sang operator radio tidak memberi tanggapan juga. Mereka tetap teguh dalam keyakinan bahwa Titanic yang super besar ini tidak mungkin tenggelam.

Peringatan berikutnya muncul beberapa jam kemudian, namun kapten kapal ataupun manajernya tidak juga khawatir. Titanic sedang melaju penuh dengan kecepatan 22 knot per-jam. Menjelang pukul 21:30 malam, Titanic merekam lima peringatan akan kehadiran gunung es, dengan laporan terakhir yang menyebutkan kapal akan mengalami tabrakan. Tapi tindakan waspada yang dilakukan hanyalah menyuruh penjaga malam untuk tetap waspada. Dua jam kemudian, pada pukul 11:32 malam, pesan berikutnya diudarakan ke Titanic oleh seorang pelaut di sebuah kapal yang kebetulan berada tak jauh dari tempat Titanic melaju, tapi kapten kapal tetap saja tak menggubris. Dan Titanic, dengan sebongkah besar kebanggaannya akan kapal yang mustahil tenggelam pun terus melaju.

Pada pukul 11:40 malam, sebuah gunung es yang bukan main besarnya terlihat di depan…namun segalanya terlambat sudah. Titanic menabrak bongkahan gunung es yang tidak bergerak ini, dan bagian dasarnya yang dari baja menerima hantaman yang sangat keras. Pintu yang seharusnya anti bocor dan bulkhead-nya tidak dapat menahan serangan, dan Titanic yang katanya mustahil tenggelam itu pun mulai merunduk dan tenggelam. Sekoci dilempar ke air, namun hanya mampu menampung sedikit penumpang. Sinyal permintaan bantuan dikirimkan, namun tak ada yang terlalu menggubris karena dikira Titanic benar-benar tak mungkin tenggelam.

Dan Titanic pun akhirnya benar-benar lenyap dari atas perairan dalam waktu tak lebih dari tiga jam. Tenggelamnya Titanic dan tragedi besarnya adalah hasil dari sebuah keyakinan yang salah…

2012-05-02

Ouh,Tolong Jangan Begitu

….
….

“Hei, matamu tampak merah sekali.”


“Uh, ya… semalam aku belum sempat tidur. Biasa, kau tahu, deadline tak peduli waktu.”


….

….

“Warna matamu berbeda sekali siang ini.”


“Really?”


“Ya, tampak hitam alami. Kau pakai lensa kontak?”


“Tidak. Uh, mungkin karena pengaruh matahari.”


….

….

“Hei, apa yang terjadi dengan matamu? Sekarang tampak biru, dan jernih. Lensa kontak? Atau pengaruh sinar matahari?”


“Ya, ya, entah kenapa warna mataku berubah setiap kali melihatmu. Mungkin, perubahan itu terjadi karena detak jantungku yang berubah setiap kali berdekatan denganmu.”

Lepaskanlah Yang Kemarin

Di dalam kehidupan ini, ada cukup banyak orang yang hidup dengan membawa beban masa lalu. Akibatnya, hidup mereka menjadi berat, bahkan begitu berat. Mereka hidup di masa sekarang namun beban kehilangan, kesedihan, dan penyesalan masa lalu tetap dibawa hingga sekarang. Itu sungguh suatu cara hidup yang amat memberatkan. Bahkan tanpa beban masa lalu pun hidup ini terkadang sudah berat, bukan?

Orang-orang yang hidup dengan membawa penyesalan dari masa lalu itu seolah-olah ingin dan berharap bisa kembali ke masa itu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahannya. Bukankah itu hal yang mustahil? Jangankan untuk bisa kembali ke masa lalu yang mungkin jaraknya terhitung bulan atau tahun, bahkan untuk kembali ke satu detik yang lalu pun kita tidak pernah mampu. Jadi, mengapa harus mengimpikan untuk memperbaiki masa lalu dengan membayangkan, “Kalau saja...”

Memang, kehidupan kita tidak sempurna. Selalu ada hal-hal yang salah dan keliru yang pernah kita lakukan dalam hidup, di masa lalu. Tetapi itu manusiawi. Manusia tidak akan dikutuk hanya karena itu. Tidak setiap orang dapat menjalani hidup tanpa kesalahan sama sekali, dan apabila kita memang melakukannya, kita tidak perlu terus menyesali atau menangisinya, namun yang dapat kita lakukan sekarang hanyalah membenahi apa yang masih bisa dibenahi, dan itu bukan lagi di masa lalu, namun di masa sekarang, untuk mempersiapkan kehidupan esok yang lebih baik.

Hidup ini menjadi berat bukan karena hidup itu sendiri berat, tetapi karena kita seringkali memberatinya dengan beban-beban yang tak perlu, semisal beban dari masa lalu. Terkadang, ada orang yang masih juga menyesali kesalahan yang pernah dilakukannya lima tahun yang lalu. Ada pula yang masih mengingat-ingat kekeliruannya tujuh tahun yang lalu. Jika gaya hidup semacam ini yang masih dilakukan, kapankah hati menjadi tenang dan tenteram, kapankah hidup menjadi terasa indah dan membahagiakan?

Apakah kau pernah menggergaji kayu? Mungkin pernah, atau mungkin pernah menyaksikan orang yang tengah menggergaji kayu. Kau lihat, dari hasil penggergajian kayu itu akan muncul remah-remah kayu yang biasa kita sebut sebagai serbuk gergaji. Nah, sekarang, apakah kau bisa menggergaji serbuk gergaji? Atau, pernahkah kau melihat orang yang dapat menggergaji serbuk gergaji? Tidak pernah? Saya juga tidak pernah!

Apakah pertanyaan ini terkesan aneh? Tak masuk akal? Tetapi bukankah kebanyakan kita menghadapi realitas semacam itu meski dalam versi yang berbeda? Ada cukup banyak orang yang berusaha menggergaji sebuk gergaji meski itu jelas tak mungkin.

Setiap hari yang kita lalui adalah kayu yang utuh. Setiap kali kita melewatinya, kita menggergaji kayu itu. Hari-hari di masa lalu, bahkan hari yang kemarin, sudah menjadi serbuk gergaji. Kita memang selalu dapat menggergaji kayu, tetapi kita selalu tak pernah dapat menggergaji serbuk gergaji. Jadi, mengapa harus membuang-buang energi untuk sesuatu yang jelas tak mungkin? Buang saja serbuk gergaji itu, dan hadapilah kayu yang masih dapat digergaji. Itu lebih logis dan lebih masuk akal, bukan?

Orang-orang mencari kebahagiaan hidup, namun seringkali mereka menyalahi aturan untuk bahagia. Kehidupan memberikan resep pasti untuk menjadi bahagia, yakni dengan hidup di hari ini. Orang yang paling bahagia di dunia ini adalah orang yang mampu ‘hidup di hari ini’. Orang-orang ini tidak hidup di masa lalu, juga tidak hidup di masa depan. Mereka hidup di hari ini, masa sekarang, dan menikmati hari ini dengan sepuas-puasnya, dengan rasa syukur dan hati bahagia, serta mengisinya dengan cara terbaik yang ia bisa. Jika kita mau hidup dengan cara ini, kebahagiaan bukan lagi bayang-bayang utopia. Tetapi jika kita masih membawa-bawa beban masa lalu ditambah lagi dengan beban-beban masa depan, kebahagiaan akan menjadi sesuatu yang sulit untuk diwujudkan.

Mungkin, ada di antara kita yang berpikir, “Seharusnya, kalau saja dulu hal itu tak terjadi, hari ini mungkin aku sudah bahagia”. Atau, “Kalau masa depanku begini begini, aku pasti akan bahagia”. Bukankah pemikiran-pemikiran semacam ini seolah-olah ingin menyatakan bahwa kita ingin memaksakan hidup ini mengikuti apa mau kita?

Jika kita tidak bahagia dalam hidup, itu biasanya karena hidup tidak sesuai dengan keinginan kita. Nah, mengapa hidup harus sesuai dengan keinginan kita? Tidak ada hukum yang mengatakan bahwa kehidupan harus menyesuaikan dirinya dengan kita, namun kita selalu dapat menyesuaikan diri kita dengan kehidupan, dan tepat seperti itulah inti dari hakikat mencapai kebahagiaan.

Jauh sebelum diri kita dilahirkan, kehidupan telah ada dan sudah lama berjalan. Ia tidak akan mengubah prinsip dan aturannya hanya karena kehadiran kita di dalamnya. Maka, aturan yang pasti untuk dapat merasakan kebahagiaan hidup adalah dengan menyesuaikan diri dengannya, menjalani aturan dan hukum-hukumnya. Keputusan kita akan menentukan hal itu dan akan mempengaruhi seluruh usia kehidupan kita.

Kita bisa memutuskan untuk bahagia sekarang, atau besok pagi, atau minggu depan, atau bulan depan atau bahkan tahun depan. Kita bisa memutuskan untuk bahagia hari ini atau suatu saat nanti. Namun, jika kita bisa memutuskan untuk bahagia sekarang, mengapa harus menunggu hingga di waktu yang akan datang? Sebagaimana dulu kita tak tahu kapan akan dilahirkan, kita pun tak pernah tahu kapan kita akan meninggalkan kehidupan. Selagi ada kesempatan untuk bahagia dalam hidup, mengapa harus menundanya…?

2012-05-01

Asa

Kalau kau telah berhasil menemukan seseorang yang merupakan cinta sejatimu; yang ingin kau jadikan teman hidup seumur hidupmu; yang merupakan inspirasimu menuju masa depan; yang menjadikan hidup ini terasa lebih berarti dan terasa semakin bermakna untuk dijalani; yang merupakan pusat kehidupanmu; yang menarik, baik dalam fisik maupun dalam perilaku dan pemikiran; yang dapat ikut tertawa denganmu, menangis bersamamu; yang mencintaimu dengan sepenuh hatinya; yang ingin bekerja bersama-sama dirimu membentuk kedamaian, cinta dan kekuatan; yang memenuhi dirimu masing-masing dengan keteduhan, maka yakinilah bahwa kau sungguh beruntung dan terberkati.

Dan jika tidak...?

Itu hanyalah berarti bahwa kau belum mendapatkannya.

Kau

***
Kau bukan milik siapapun
Jadilah dirimu sendiri
***

Sebuah Fakta Antara Cowok Dan Cewek

Kalau kau ingin tahu seperti apakah seseorang sesungguhnya, lihatlah ketika ia tengah menghadapi suatu masalah berat yang harus dihadapinya. Kita tidak bisa menilai secara objektif seseorang ketika dalam keadaan tenang dan damai sentausa—karena wujud asli seseorang baru muncul ke permukaan ketika dihadapkan pada situasi yang sulit dan menekannya.

Ada kalanya seseorang tampak tenang—ketika keadaan damai, dan dia tidak sedang menghadapi masalah. Tetapi ketika sesuatu menekannya, ketika orang itu dihantam kesulitan, baru terlihatlah apakah orang itu memang “benar-benar tenang”, ataukah hanya “tampak tenang”. Cowok dan cewek juga begitu. Dua manusia berbeda jenis ini juga baru terlihat wujud aslinya ketika dihadapkan pada situasi yang sulit dan dia harus menjatuhkan pilihannya. Saat itulah, kita akan tahu cowok itu seperti apa, dan cewek itu seperti apa.

Tujuan saya menuliskan catatan ini hanyalah untuk mengajukan satu fakta penting mengenai cowok dan cewek, yang mungkin belum sempat kita pikirkan sebelumnya. Sekali lagi, catatan berikut ini adalah pemaparan fakta—kaulah yang paling berhak mengambil intisarinya.

Bayangkan adegan berikut ini. Kau tengah melaju di jalan raya dengan motor kesayanganmu, perlahan namun pasti terus menambah kecepatan—dan kau makin menikmati perjalananmu. Sampai di suatu ruas jalan yang ramai, sebuah mobil melaju kencang dari arah depanmu...tepat di hadapan laju motormu. Kau tak bisa menepi ke kanan atau ke kiri, karena jalan di sampingmu tak memungkinkan untuk menyelamatkan diri. Jadi kau tidak punya pilihan—mau tak mau kau akan bertabrakan dengan mobil itu. Apa yang akan kau lakukan...?

Kau boleh percaya boleh tidak, tetapi jika pertanyaan di atas diajukan pada cowok dan cewek, maka jawabannya akan berbeda—bahkan jauh berbeda.

Jika cowok dihadapkan pada kejadian di atas dan ditanya apa yang dilakukannya, hampir dapat dipastikan dia akan menjawab kira-kira seperti ini, “Bagaimana pun juga, aku akan berusaha menyelamatkan diri. Meskipun tabrakan tak bisa dihindarkan lagi, aku akan berupaya untuk tetap selamat, atau setidaknya berusaha agar tidak mengalami luka yang terlalu parah.”

Tetapi, jika cewek dihadapkan pada kejadian yang sama seperti di atas dan ditanya apa yang dilakukannya, apa kira-kira jawab mereka...? Rata-rata cewek akan menjawab, “Aku akan menutup mata.” Sekali lagi, kau boleh percaya boleh tidak, tetapi saya mendapatkan fakta ini bukan berdasarkan teori, melainkan berdasarkan kenyataan pengalaman.

Semua cowok korban kecelakaan menjawab seperti yang saya gambarkan di atas—mereka berusaha menyelamatkan diri, atau menghindarkan diri dari kemungkinan luka terlalu parah—dan saya percaya mereka jujur, karena saya pun melakukan hal yang sama. Tetapi, semua cewek korban kecelakaan yang saya temui menjawab, “Aku tak mampu berpikir apa-apa waktu itu—jadi aku hanya menutup mataku...”

Barangkali cewek yang belum pernah mengalami kecelakaan akan menyangkal jawaban di atas dan bisa saja memberikan jawaban berbeda. Tetapi, sekali lagi, fakta yang saya tuliskan ini bukan berdasarkan teori, melainkan langsung dari kenyataan pengalaman. Jadi, secara kasarnya, untuk dapat menjawab pertanyaan di atas secara jujur dan benar, kau harus mengalami kecelakaan terlebih dulu—lalu lihat apa yang kau lakukan pada saat itu.

Oke, tentu saja saya tidak menganjurkan agar kau mencelakakan diri hanya untuk membuktikan tesis ini. Coba, kalau kau punya teman atau kenalan yang baru mengalami kecelakaan di jalan—ringan ataupun berat—temuilah dan tanyakan pertanyaan di atas, dan lihat bagaimana jawabannya. Cowok dan cewek akan memberikan jawaban yang berbeda—dan kau bisa membuktikan perbedaannya.

Sampai di sini mungkin kau mulai bertanya-tanya, “Oke, kalau memang begitu kenyataannya, kalau memang cowok lebih berupaya untuk selamat ketika mengalami kecelakaan, lalu kenapa jumlah korban kecelakaan di jalan lebih banyak terjadi pada cowok?”

Benar, jumlah cowok yang mengalami kecelakaan di jalan jauh lebih banyak dibanding cewek. Tetapi hal itu disebabkan karena cowok lebih ugal-ugalan di jalanan dibanding cewek, sehingga cowok lebih besar kemungkinannya mengalami kecelakaan dibanding cewek! Seliar apapun cewek menikmati kegilaan di jalanan, cowok jauh lebih nekad. Dan sebanyak apapun cewek yang suka gila-gilaan di jalanan, yang cowok jauh lebih banyak. Jadi wajar kalau kemudian cowok lebih banyak menjadi korban kecelakaan.

Well, tujuan saya menuliskan catatan ini—sebagaimana yang saya nyatakan di atas—hanyalah untuk menyampaikan fakta. Kaulah yang paling berhak mengambil intisarinya.