Hari-hari berlalu dan pergi, dan aku tetap masih di sini; di kampus
dimana kau pun pernah hadir di dalamnya, merasakan apa yang kurasakan,
memikirkan apa yang kupikirkan dan mengerjakan apa yang kini kukerjakan.
Aku tahu bahwa saat-saat itu kau pasti tak punya waktu untuk teringat
kepadaku, apalagi untuk mengenang waktu dulu saat kau masih bersamaku,
karena semuanya telah menjadi bayang-bayang buram...yang barangkali juga
ingin kaulupakan. Buku-buku tebal, makalah-makalah yang bertumpuk dan
sekeranjang teori tentang kehidupan baru telah begitu menyita isi otak,
pikiran bahkan mungkin hati nuranimu hingga tak sejengkal pun yang
tersisa untukku. Kau mungkin telah melupakanku, melupakan segala yang
pernah terjadi, meski sampai hari ini aku tetap saja mengenangmu dan
mengabadikan segala yang pernah terjadi...
Saat aku hadir di kampus ini, aku tahu kau telah tak ada lagi. Kau telah menghilang bersama sejuta impian baru untuk meninggalkan segala masa lalu, untuk membangun sebuah hidup yang benar-benar baru. Aku memasuki kampus ini hanya untuk menjumpai kehampaan tanpa dirimu, tanpa wujud indahmu yang kurindukan...tetapi wangimu masih tertinggal di sini.
Di sini, di kampus ini, aku tetap saja mencium harum keindahanmu meski kau telah tak ada lagi. Dan saat aku duduk di bangku taman ini, aku pun membayangkan bahwa kau juga pernah duduk di sini, pada suatu waktu, sekian tahun yang lalu... Aku merasa seperti kembali napak tilas dalam bayang-bayang buram tak berwujud tetapi aku begitu meyakini bahwa itu bayangmu, bahwa itu wujudmu, karena...aku masih saja merasakan mencium harum wangi keindahanmu.
Aku memahami sepenuhnya bahwa kinilah saatnya aku harus bisa menjalani hidupku sendiri yang utuh, tanpa lagi harus kembali ke masa lalu dan terus saja terbelenggu oleh pesonamu. Aku menyadari dengan segenap kesadaran bahwa inilah saatnya aku harus bisa melupakanmu dan mencoba mencari penggantimu, mencari wangi lain untuk kucium, mencari keindahan lain untuk kupeluk, mencari bayang lain untuk kurengkuh, mencari cinta lain untuk kucintai... Tetapi tetap saja aku tak pernah bisa, aku tak pernah mampu. Kalau kau bisa melakukannya, tolong, tolong ajarilah aku...
Hidupku di kampus ini sudah tak lama lagi. Keberadaanku di sini akan segera berakhir dan aku pun kemudian akan kembali mengikutimu untuk masuk ke dalam kehidupan yang sebenarnya. Maklumat tentang itu bahkan telah tertancap dalam-dalam di lubuk hatiku yang paling dalam. Tetapi, bahkan sampai detik ini pun aku masih saja merasa gamang, aku terus saja merasa berada di ruang hampa, tanpa udara tanpa cahaya tanpa cinta...
Kemanakah lagi harus kucari kedamaian itu? Kemanakah lagi harus kulabuhkan kerinduanku...?
Aku sudah berupaya mencarinya, menggalinya, menantinya dengan sepenuh hati tapi tak juga kutemui, tak juga kudapati. Aku sudah mencarinya di balik tembok-tembok kampus yang angkuh, tapi yang kudapati hanya wangimu yang tertinggal. Aku sudah mencarinya di antara tumpukan buku yang tebal dan membosankan, tapi yang kuperoleh hanya benih-benih baru dari sebuah kerinduan. Aku sudah mencarinya di antara sekian banyak diskusi yang panjang dan melelahkan, tapi yang kutemui hanyalah bayangmu yang membisu dan tetap diam. Kau pernah ada di sini, kau pernah ada di kampus ini...dan hanya itulah yang hingga saat ini kumengerti.
Kepada kampus, kepada rak-rak buku di perpus, kepada pohon dan bunga di taman, kepada rumput, kepada lorong-lorong kelas dan bangku-bangku kasar, kepada bayangmu, juga kepada wangimu yang tertinggal, hari ini aku ingin menyatakan aku merindukanmu... aku merindukanmu...
Saat aku hadir di kampus ini, aku tahu kau telah tak ada lagi. Kau telah menghilang bersama sejuta impian baru untuk meninggalkan segala masa lalu, untuk membangun sebuah hidup yang benar-benar baru. Aku memasuki kampus ini hanya untuk menjumpai kehampaan tanpa dirimu, tanpa wujud indahmu yang kurindukan...tetapi wangimu masih tertinggal di sini.
Di sini, di kampus ini, aku tetap saja mencium harum keindahanmu meski kau telah tak ada lagi. Dan saat aku duduk di bangku taman ini, aku pun membayangkan bahwa kau juga pernah duduk di sini, pada suatu waktu, sekian tahun yang lalu... Aku merasa seperti kembali napak tilas dalam bayang-bayang buram tak berwujud tetapi aku begitu meyakini bahwa itu bayangmu, bahwa itu wujudmu, karena...aku masih saja merasakan mencium harum wangi keindahanmu.
Aku memahami sepenuhnya bahwa kinilah saatnya aku harus bisa menjalani hidupku sendiri yang utuh, tanpa lagi harus kembali ke masa lalu dan terus saja terbelenggu oleh pesonamu. Aku menyadari dengan segenap kesadaran bahwa inilah saatnya aku harus bisa melupakanmu dan mencoba mencari penggantimu, mencari wangi lain untuk kucium, mencari keindahan lain untuk kupeluk, mencari bayang lain untuk kurengkuh, mencari cinta lain untuk kucintai... Tetapi tetap saja aku tak pernah bisa, aku tak pernah mampu. Kalau kau bisa melakukannya, tolong, tolong ajarilah aku...
Hidupku di kampus ini sudah tak lama lagi. Keberadaanku di sini akan segera berakhir dan aku pun kemudian akan kembali mengikutimu untuk masuk ke dalam kehidupan yang sebenarnya. Maklumat tentang itu bahkan telah tertancap dalam-dalam di lubuk hatiku yang paling dalam. Tetapi, bahkan sampai detik ini pun aku masih saja merasa gamang, aku terus saja merasa berada di ruang hampa, tanpa udara tanpa cahaya tanpa cinta...
Kemanakah lagi harus kucari kedamaian itu? Kemanakah lagi harus kulabuhkan kerinduanku...?
Aku sudah berupaya mencarinya, menggalinya, menantinya dengan sepenuh hati tapi tak juga kutemui, tak juga kudapati. Aku sudah mencarinya di balik tembok-tembok kampus yang angkuh, tapi yang kudapati hanya wangimu yang tertinggal. Aku sudah mencarinya di antara tumpukan buku yang tebal dan membosankan, tapi yang kuperoleh hanya benih-benih baru dari sebuah kerinduan. Aku sudah mencarinya di antara sekian banyak diskusi yang panjang dan melelahkan, tapi yang kutemui hanyalah bayangmu yang membisu dan tetap diam. Kau pernah ada di sini, kau pernah ada di kampus ini...dan hanya itulah yang hingga saat ini kumengerti.
Kepada kampus, kepada rak-rak buku di perpus, kepada pohon dan bunga di taman, kepada rumput, kepada lorong-lorong kelas dan bangku-bangku kasar, kepada bayangmu, juga kepada wangimu yang tertinggal, hari ini aku ingin menyatakan aku merindukanmu... aku merindukanmu...