2013-05-18

Satu-satunya Kepunahan yang Bermanfaat bagi Bumi Hanyalah Kepunahan Manusia (3)

Posting ini lanjutan posting sebelumnya. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah post sebelumnya terlebih dulu.

Jika kepunahan pohon dimulai hari ini, diperkirakan hewan-hewan herbivora akan punah dalam waktu satu tahun mendatang, sementara hewan-hewan karnivora akan punah dalam 4 sampai 5 tahun kemudian. Manusia yang biasa mengonsumsi hasil tanaman mungkin dapat menggunakan hewan sebagai pengganti, tapi persediaan hewan hanya mungkin dapat memenuhi kebutuhan manusia selama 50 tahun.

Tetapi, sekali lagi, masalahnya tidak cuma sebatas itu. Seperti kita tahu, manusia punya ketergantungan penting dengan pohon dalam hal pernapasan. Untuk bertahan hidup, manusia butuh bernapas—menghirup oksigen dan melepaskan karbondioksida. Karbondioksida yang kita lepaskan diserap oleh pohon, dan—setelah melalui proses fotosintesis—diubah menjadi oksigen yang kemudian dihirup manusia.

Jika pohon tidak ada, maka proses fotosintesis akan berhenti, dan itu artinya karbondioksida yang kita lepaskan tidak bisa didaur ulang. Artinya pula, cadangan oksigen di Bumi akan menjadi terbatas, dan semakin menyusut hari demi hari. Bumi yang kita tinggali perlahan-lahan akan kehabisan oksigen, dan manusia—demi mempertahankan hidup—pasti akan berebutan mendapatkannya.

Apa yang bisa dilakukan untuk dapat memperoleh oksigen yang terbatas? Tentu saja mengurangi jumlah manusia, agar cadangan oksigen tidak cepat habis. Itu terlalu mengerikan untuk dibayangkan.

Jika kepunahan pohon dimulai hari ini, diperkirakan umat manusia yang sekarang berjumlah 7 miliar masih memiliki waktu hingga 200 tahun sampai semua oksigen di atmosfer benar-benar lenyap. Artinya, berdasarkan estimasi di atas, punahnya pohon dapat mengakibatkan kepunahan manusia dalam 200 tahun.

Karena keberadaan pohon, abu pabrik, asap kendaraan, dan debu jalanan dapat menempel pada dedaunan, yang akan terbawa air ketika hujan turun. Dengan kata lain, keberadaan pohon mengurangi kotoran di Bumi, serta mengurangi zat pencemar udara.

Selain itu, asap tebal yang berasal dari pembakaran pabrik yang menggunakan bahan bakar minyak juga mengandung sulfurdioksida (SO2), selain karbondioksida. Di udara, SO2 akan bereaksi dengan uap air, membentuk asam sulfat (H2SO4). Jika bercampur air hujan, zat itu akan menghasilkan hujan asam yang membahayakan kesehatan kulit, serta menimbulkan korosi. Namun keberadaan pohon mencegah kemungkinan itu, karena pohon mampu menetralkan kandungan asamnya. Artinya, tanpa pohon, manusia akan menghadapi ancaman lain selain ketersediaan makanan dan oksigen.

Kehancuran yang ditimbulkan dari punahnya pohon tidak berhenti sampai di situ. Karena pelepasan karbon yang begitu banyak—akibat tak bisa diserap pohon—maka perubahan iklim akan terjadi, dan permukaan laut akan naik. Hal itu akan mengakibatkan hilangnya terumbu karang dan ikan, musnahnya mata pencaharian banyak orang, meningkatnya penyakit tropis, dan bertumbuhkembangnya aneka macam bakteri.

Berdasarkan penelitian, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa satu batang pohon dapat menghasilkan 1,2 kg oksigen per hari. Setiap hari, satu orang membutuhkan sekitar 0,5 kg oksigen. Artinya, satu batang pohon menunjang kehidupan dua orang. Jika kita menebang satu batang pohon, sama artinya kita sedang mencekik dua orang sampai mati.

Apa yang akan terjadi jika Bumi kehilangan pohon? Seperti yang telah digambarkan di atas, jawabannya adalah horor. Bumi akan segera menuju kiamat jika pohon telah habis, dan tumbuhan telah punah. Seperti efek mengerikan yang akan timbul jika hewan punah dari Bumi, efek yang sama juga akan terjadi jika pohon atau tumbuhan yang musnah.

Meski hewan dan tumbuhan dapat hidup tanpa manusia, tetapi manusia tidak bisa hidup tanpa hewan dan tumbuhan. Punahnya hewan dan tumbuhan akan berdampak pada punahnya manusia.

Sekarang, apa yang akan terjadi jika manusia yang punah dari muka Bumi?

Jawabannya terdengar indah. Jika manusia punah, maka Bumi akan kembali kosong dan hening seperti jutaan tahun lalu. Tanah akan kembali subur karena kandungan dan kekayaannya tidak terus-menerus dikeruk. Air akan kembali bersih, karena pencemaran akibat manusia telah terhenti. Udara akan kembali murni, karena asap pabrik dan knalpot kendaraan tak ada lagi.

Lalu pohon-pohon akan kembali menjulang ke langit, hutan akan kembali terbentuk, rerimbunan daun akan menjadi baju bagi Bumi. Hewan-hewan akan kembali berkeliaran di lingkungannya tanpa khawatir mendengar letusan senjata, atau suara gergaji mesin yang menumbangkan pohon di alam mereka. Burung-burung akan bernyanyi riang di antara ranting pohon, menggantikan bising perkotaan dan suara ingar-bingar televisi.

Jika manusia punah, Bumi akan menjadi tempat yang sangat indah dan damai. Tidak ada lagi peperangan, tidak ada lagi ledakan bom, tidak ada lagi senjata biologi atau senjata kimia yang diciptakan untuk kejahatan terhadap manusia lainnya. Batas-batas negara yang terus menjadi sumber pertikaian akan hilang, pertentangan keyakinan yang terus menjadi akar masalah dunia akan punah, dan iri hati serta kesombongan yang menjadi sifat khas manusia akan musnah.

Sementara itu, pabrik-pabrik buatan manusia akan runtuh, dan cerobongnya berhenti mengeluarkan asap beracun. Kendaraan-kendaraan yang menjadi sarana gengsi manusia akan aus dan hilang dimakan usia dan cuaca, hingga tak ada lagi kotoran mencemari udara. Benda-benda buatan manusia akan habis perlahan-lahan, dan Bumi akan kembali menjadi tanah yang murni.

Sungai-sungai akan kembali jernih, karena limbah kotor produksi manusia tak lagi mengalir ke sana. Ikan-ikan akan berenang dengan gembira karena dapat hidup di lingkungan sebersih semula. Gajah akan berangkulan dengan sesamanya tanpa ketakutan, cenderawasih akan menari dan bercinta dengan tenang, dan burung-burung perkasa di langit mengepakkan sayapnya dengan hening, menikmati udara yang murni tanpa polusi.

Ketika malam tiba, jangkrik akan bernyanyi memanggil-manggil pasangannya, katak akan bercengkerama dengan kawan-kawan di bawah hujan, dan serigala akan melolong rindu pada rembulan. Kelelawar akan keluar dari gua tempatnya hidup, mencari makan di tengah kegelapan, sementara hewan-hewan lain tertidur dengan tenang bersama anak-anak dan pasangannya di rerimbunan hutan.

Saat pagi menjelang, udara bersih menyapa Bumi seperti biasa, seperti semula, seperti jutaan tahun yang lalu. Pohon-pohon melambaikan daun-daunnya yang hijau, buah-buahnya yang ranum, dahan-dahannya yang kokoh. Dan di antara ranting, burung-burung berkicau menyambut datangnya hari—satu lagi hari indah tanpa makhluk buas perusak segala. Mereka bernyanyi... mungkin bersyukur pada alam semesta yang telah memusnahkan manusia dari Bumi.

....
....

Hewan dan tumbuhan bisa hidup tanpa manusia. Bahkan Bumi menjelma surga yang murni tanpa polusi setelah manusia tak ada lagi. Jika terjadi kepunahan, satu-satunya kepunahan yang memberikan manfaat bagi Bumi hanyalah kepunahan manusia. Punahnya hewan atau tumbuhan mengubah Bumi menjadi neraka. Tapi punahnya manusia justru memberikan manfaat bagi Bumi sebagai planet yang layak huni.

Sampai di sini, saya bertanya-tanya dalam hati, atas dasar apa manusia berani mengklaim diri sebagai pemimpin di muka Bumi...?

Satu-satunya Kepunahan yang Bermanfaat bagi Bumi Hanyalah Kepunahan Manusia (2)

Posting ini lanjutan posting sebelumnya. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah post sebelumnya terlebih dulu.

Itu baru nyamuk. Dan semut. Jika hewan-hewan kecil itu saja bisa menimbulkan malapetaka bagi Bumi jika punah, tidak bisakah kita membayangkan apa yang mungkin akan terjadi jika hewan-hewan lebih besar yang mengalami kepunahan? Pergilah ke perpustakaan, bacalah buku-buku yang menjelaskan tentang itu, dan lihat bagaimana efek mengerikan yang akan terjadi jika hewan-hewan—apa pun—punah dari muka Bumi.
 

Kemudian pohon. Selain hewan dan manusia, pohon atau tumbuhan adalah makhluk hidup yang juga mendiami planet ini. Apa yang akan terjadi jika pohon dan tumbuhan lainnya musnah dari muka Bumi?
Bayangkanlah suatu hari yang gersang, ketika Bumi yang kita kenal dan tinggali ini kehilangan semua pohon, besar maupun kecil. Tidak ada lagi tumbuhan apalagi bunga dan buah-buahan, sementara burung-burung yang biasa bernyanyi di antara ranting pohon meninggalkan kehampaan.

 

Hutan punah, dan hewan-hewan liar di sana berlarian di antara sesaknya perkotaan. Hewan-hewan ternak tak bisa lagi merumput, karena rumput telah punah, dan mereka hidup hari demi hari sambil menunggu ajal dengan sekarat. Manusia tak bisa lagi makan dari hasil alam, karena ladang dan persawahan telah punah, dan sebagai gantinya mereka memangsa hewan-hewan.
 

Bayangan mengerikan semacam itu mungkin tak akan terjadi, tapi siapa yang bisa menjamin jika pembakaran dan pembalakan hutan terus dilakukan, alam liar terus dirusak, sementara sawah dan ladang terus diubah menjadi pabrik dan tempat pemukiman?
Apa yang akan terjadi jika semua pohon di Bumi tak ada lagi? Jawabannya adalah horor!

 

Bagi Bumi, pohon berfungsi menyerap air. Hutan mampu menyerap air hingga 60 sampai 80 persen ke dalam tanah. Itu menjadikan pohon memiliki cadangan air tanah. Akar pohon juga berfungsi menahan erosi. Ketika hujan turun, tanah yang terkikis akan masuk ke aliran sungai, dan menyebabkan terjadinya endapan. Keberadaan pohon akan menahan hal tersebut, sekaligus mempertahankan kesuburan tanah.
Karena adanya dahan-dahan pohon, butir-butir air tidak langsung terjatuh ke permukaan tanah ketika turun hujan, sehingga efeknya tidak sampai menggerus lapisan tanah bagian atas yang umumnya subur.

 

Akar pohon menyerap air hujan ke tanah, sehingga tidak mengalir sia-sia. Kemudian, pohon mengikat air di pori tanah, dan menjadikannya sebagai cadangan air di musim kemarau, sehingga ketersediaan air tanah secara berkesinambungan tetap terjaga. Karena keteraturan itu, Bumi mampu bertahan dari kekeringan di musim kemarau, dan musim penghujan tidak sampai menimbulkan ancaman banjir.
 

Kemudian, akar pohon juga mengikat butir-butir tanah, sehingga dapat mencegah terjadinya erosi dan tanah longsor. Pohon-pohon di hutan mendaur ulang hujan dan membangun iklim mikro, menguapkan 3/4 air hujan ke atmosfer, sehingga iklim mikro terjaga, kelembapan terkendali, dan curah hujan turun.
 

Jika tidak ada lagi pohon di Bumi, maka hal di atas tidak akan terjadi. Air di tanah akan menguap. Ketika turun hujan, daya gerus airnya akan membawa endapan lumpur ke sungai, dan mencemari air. Bumi akan kering kerontang ketika kemarau datang, dan longsor serta banjir akan terjadi ketika musim penghujan. Ketika itu terjadi, manusia tetap akan bertahan hidup, tapi kisahnya belum selesai.
 

Selain menyerap air dan menjaga kesuburan tanah, pohon juga berfungsi dalam mata rantai makanan. Di alam, terjadi proses hubungan timbal balik, dan ketergantungan antarkomponen selalu melibatkan tanaman—langsung maupun tak langsung. Karenanya, jika pohon yang memiliki fungsi penting dalam rantai makanan sampai punah, maka bisa dipastikan kehidupan semua makhluk hidup akan terpengaruh.
 

Pohon menyediakan habitat bagi ratusan spesies. Kepunahannya akan menyebabkan kepunahan sama pada spesies yang bergantung padanya. Tapi itu bukan hal terburuk yang akan terjadi. Seperti yang disebutkan di atas, punahnya pohon juga akan menghancurkan rantai makanan di planet ini, yang efeknya akan sampai pada manusia.
 

Lanjut ke sini.

Satu-satunya Kepunahan yang Bermanfaat bagi Bumi Hanyalah Kepunahan Manusia (1)

Hei pemalas, pergilah kepada semut,
perhatikan lakunya, dan jadilah bijak.
—Sulaiman


Seperti yang telah kita ketahui, ada tiga makhluk hidup yang mendiami planet ini. Yaitu manusia, hewan, dan tumbuhan. Tetapi, kalau kita mau jujur, yang paling brengsek di antara ketiga mahluk hidup itu adalah manusia. Manusialah yang mendominasi planet ini, dan mengeksploitasi Bumi sekehendak hati, tanpa memperhitungkan nasib makhluk hidup lainnya—hewan dan tumbuhan.

Padahal, manusia sering mengklaim diri sebagai pemimpin di muka Bumi, yang menentukan nasib planet ini—menjadi lebih baik, atau hancur binasa. Tetapi justru karena klaim sebagai “pemimpin di muka Bumi” itu pulalah, yang menjadikan manusia seenaknya sendiri memperlakukan planet yang menjadi tempat tinggalnya. Ironisnya, meski mengklaim sebagai pemimpin di muka Bumi, kepunahan manusia (jika itu terjadi) justru memberikan efek yang baik bagi Bumi.

Coba kita lihat dari makhluk yang sangat kecil—semut, atau nyamuk. Apa yang akan terjadi jika semut musnah dari Bumi?

Meski tampak kecil dan tak berdaya—karena mudah dibunuh—semut memiliki peran yang amat besar bagi kehidupan Bumi. Semut mencapai dominasi dalam hal jumlah individu dan biomasa hewan daratan. Di habitat alaminya, semut memiliki peran ekologis yang penting. Pada ekosistem daratan, semut adalah pemangsa utama terhadap invertebrata kecil. Setiap hari, semut juga menggali sejumlah besar tanah, sehingga menyebabkan terangkatnya nutrisi tanah.

Kemudian, semut membentuk simbiosis dengan berbagai serangga, tumbuhan, dan fungi. Tanpa bersimbiosis dengan semut, organisme tersebut akan menurun populasinya, hingga punah. Selain sebagai pemangsa, semut juga menjadi mangsa yang penting bagi berbagai serangga, laba-laba, reptil, burung, kodok, bahkan bagi tumbuhan karnivora.

Semut telah menjejakkan kaki-kaki kecilnya di Bumi sejak 90 juta tahun yang lalu, mendahului manusia yang baru muncul sekitar 250.000 tahun lalu. Peran yang dijalankan semut sedemikian penting, sehingga jika semut punah maka ribuan spesies hewan dan tumbuhan akan ikut punah. Bahkan lebih dari itu, hampir semua ekosistem daratan akan melemah, karena berkurangnya kompleksitas ekosistem.

Pendeknya, semut yang tampak kecil dan tak berdaya itu memiliki peran yang amat besar dalam mata rantai kehidupan di Bumi—dari menyuburkan tanah, sampai menjamin kelangsungan ekosistem di alam. Punahnya semut akan berpengaruh bagi kehidupan hewan lain, tumbuhan, dan manusia.

Itu baru semut.

Sekarang kita lihat hewan kecil lainnya. Nyamuk. Pada saat ini, diperkirakan ada 3.500 spesies nyamuk yang ada di Bumi, dan hanya ratusan spesies yang menyerang manusia. Apa yang akan terjadi jika nyamuk musnah dari muka Bumi?

Punahnya satu makhluk pasti berdampak pada ekosistem secara keseluruhan. Jika nyamuk punah, dampak paling besar yang akan segera terjadi ada di habitat tundra (padang es) di Kutub Utara. Tempat itu merupakan sarang terbesar spesies nyamuk Aedes impiger dan Aedes nigripes. Mereka adalah salah satu makanan kesukaan para burung. Jika mereka punah, maka migrasi burung akan berkurang hingga 50 persen—karena berkurangnya makanan.

Migrasi satwa lain juga akan terpengaruh, antara lain karibu (sejenis rusa kutub). Ribuan karibu yang sebelumnya menghindari gigitan nyamuk akan segera menyerbu wilayah tundra, dan hal itu pasti akan diikuti para serigala yang merupakan predator utama para karibu.

Kemudian, spesies ikan pemakan nyamuk, Gambusia affinis, juga akan terancam punah jika nyamuk sudah tidak ada. Punahnya ikan ini sedikit banyak akan berdampak pada rantai makanan yang terjadi di perairan air tawar.

Yang lebih penting lagi, larva atau jentik nyamuk turut berperan dalam penguraian sampah organik. Ketika berada di genangan air, jentik-jentik nyamuk mendapatkan nutrisi untuk tumbuh dari sisa-sisa tanaman yang membusuk. Itu baru sebagian kecil yang mungkin akan terjadi jika nyamuk benar-benar punah dari muka Bumi.

Karena nyamuk, di dunia terjadi korban kematian manusia akibat malaria setiap tahun. Jika tidak ada nyamuk, akan terjadi kekacauan pada ekosistem di planet yang jauh lebih parah, sehingga berpotensi menimbulkan dampak yang lebih buruk, karena rusaknya ekosistem dan kacaunya rantai makanan.

Lanjut ke sini.

2013-05-17

Pesan Seseorang (2)

Jangan menghabiskan waktu untuk melawan sesuatu yang kau tahu tak bisa dikalahkan.


Pesan Seseorang (1)

Jangan menanyakan sesuatu yang tidak ingin kaudengar jawabannya.




Apeu

Sukaaaaaaaaa banget kalau dia ngomong gitu.


Apeu.

Mengapa Beberapa Orang Cepat Tua

Jadi, cewekmu bertanya tentang mantan pacarmu. Kau tak mau menjawab, dan cewekmu marah-marah, menuduhmu tak mau terbuka. Kau pun stres.


Lalu kau mengalah. Kau menceritakan tentang mantan pacarmu. Lalu cewekmu cemburu, dan marah-marah, menuduhmu masih mengingat-ingatnya. Kau pun tambah stres.


Kau mencoba menjelaskan, bahwa kau menceritakan tentang mantanmu karena cewekmu sendiri yang memintanya, tapi dia malah menuduhmu defensif, dan tak mau mendengarkan apa pun yang keluar dari mulutmu. Kau pun stres tingkat dewa.


Kemudian, karena tak kuat menanggung stres, kau bilang pada cewekmu untuk putus. Cewekmu langsung meledak, dan menuduhmu ingin kembali pada mantanmu, meski sudah kaukatakan padanya bahwa mantanmu sudah punya suami dan anak selusin.


Hmm... pantas saja kau cepat tua, dude.



Ehmmmmmmm

Jadi, aku sudah mendapatkan perhatianmu?

Bagus!

Tapi yang kaulihat baru pemanasan.



....

....

Oh, well, permainan sesungguhnya akan segera dimulai.